Kekerabatan Genetik Beberapa Spesies Jeruk Berdasarkan Taksonometri
J. Hort. 17(3):203-216, 2007
Kekerabatan Genetik
Beberapa Spesies Jeruk Berdasarkan
Taksonometri
Hardiyanto 1), E. Mujiarto, 2), dan E.S. Sulasmi 3)
1) Balai
Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika, Jl. Raya Tlekung No.1, Batu,
Malang 65305
2) Universitas
Negeri Malang
3) Mahasiswa
Jurusan Biologi, Universitas Negeri Malang
Naskah
diterima tanggal 20 Juni 2006 dan disetujui untuk diterbitkan tanggal 11 Juli
2006
ABSTRAK. Metode karakterisasi yang
dilakukan pada koleksi jeruk di Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah
Subtropika, Tlekung sampai saat ini masih terbatas pada pengamatan morfologi.
engan demikian, data yang diperoleh belum cukup untuk menggambarkan kekerabatan
spesies jeruk, sebab deskripsinya belum menggambarkan karakter sebenarnya dari
berbagai spesies jeruk yang dikoleksi. Tujuan penelitian adalah memperoleh
informasi mengenai karakter morfologi varietas-varietas lokal jeruk dari
beberapa spesies dan menentukan kedudukan takson/ kategori secara hierarki untuk varietas jeruk lokal. Penelitian
dilakukan di Laboratorium Biologi, Jurusan
Biologi, Universitas Negeri Malang dan di Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan
Buah Subtropika, Tlekung-Batu. Jeruk yang digunakan pada penelitian ini adalah
3 spesies jeruk komersial masing-masing 3 varietas, yaitu Citrus reticulata Blanco (Cinakonde, Batu, dan Pulung), C. maxima Merr. (Nambangan, Sambas, dan
Sri Nyonya), dan C. sinensis Osbeck.
(Pacitan, Kupang, dan Punten). Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan
secara morfologi maupun anatomi diantara spesies jeruk dan varietas jeruk
lokal. Tingkat kekerabatan genetik pada 3 spesies jeruk juga sangat rendah.
Adapun nilai kekerabatan untuk variets jeruk lokal pada C. maxima merr, C. reticulata
Blanco, dan C. sinensis Osbeck
masing-masing adalah 68%, 54%, dan 47%. Namun demikian, varietas lokal
Nambangan (C. maxima Merr) dan
Cinakonde (C. reticulata Blanco)
ternyata terpisah dari kelompoknya pada
analisis klaster dan menunjukkan ciri-ciri yang berbeda. arietas jeruk
lokal yang diteliti tidak semua dapat
dikategorikan sebagai varietas. Secara hierarki Nambangan dan Cinakonde dapat
dikategorikan sebagai varietas, sedangkan varietas jeruk lokal yang lain
dikategorikan sebagai subspesies sebab tidak adanya karakter yang membedakan dari kelompoknya secara
jelas.
Katakunci: Citrus sp.; Anatomi; Morfologi;
Taksonometri; arietas; Kekerabatan genetik
ABSTRACT. Hardiyanto, E. Mujiarto, and E.S. Sulasmi. 2007. Genetic Relationship
Among Several Citrus Species Based on Taxonometry. Characterization method
applied on citrus collection in Indonesian Citrus and Subtropical Fruit
Research Institute, up to now was only based on morphological observation.
Therefore, the obtained data have not really described the citrus relationship
because the descriptions have not yet expressed the real characters of
collected citrus species. The aim of this research was to obtain some
information on morphological characteristics and a hierarchy taxon status of
local varieties derived from several species. The research was carried out at
Biology Laboratorium, Malang University and Indonesian Citrus and Subtropical
Fruit Research Institute. Three citrus species with 3 varieties, respectively,
were used in this research, those were Citrus
reticulata Blanco (Cinakonde, Batu, and Pulung), C. maxima Merr. (Nambangan, Sambas, and Sri Nyonya), and C. sinensis Osbeck (Pacitan, Kupang, and
Punten). The results indicated that there were morphological and anatomical
different among citrus species as well as local citrus varieties. The level of
genetic relationship among three citrus
species was aslso very low. Moreover, the level of genetic relationship of
local citrus varieties of C. maxima Merr,
C. reticulata Blanco, and C. sinensis Osbeck was 68, 54, and 47%,
repectively. Nevertheless, Nambangan (C.
maxima Merr) and Cinakonde (C.
reticulata Blanco) were separated from its group based on cluster analysis
and showed different characters. It seems that not all citrus varieties studied
were categorized as varieties. It was only Nambangan and Cinakonde were
categorized as varieties, while other citrus varieties were categorized as
subspecies because there was no different character identified within their
groups.
Keywords: Citrus sp.; Anatomy; Morphology;
Taxonometry; arieties; Genetic relationship

Keragaman jeruk sangat tinggi, yang
ditunjukkan oleh banyaknya anggota pada marga Citrus (Cottin 1997 dalam Karsinah et al. 2002). Meskipun demikian, yang dianggap sebagai jeruk yang
asli hanya 3 kelompok, yaitu Mandarin, jeruk besar, dan sitron, sedangkan yang
lainnya merupakan hasil persilangan dari ketiga kelompok tersebut. Kelompok
Mandarin sendiri terdiri dari banyak spesies yang secara fenotipik berbeda jauh
(Moore 2001, Barrett dan Rhodes 1976).
Penyebaran beberapa spesies jeruk,
khususnya di Indonesia, sangat cepat dan luas. Bahkan banyak bermunculan
varietas-varietas jeruk lokal komersial dari beberapa spesies seperti jeruk
keprok Garut (Jawa Barat), Tawangmangu (Jawa Tengah), Batu 55 (Jawa Timur),
Pulung (Ponorogo), Madura (Pulau Madura), Tejakula (Bali), keprok SoE (NTT),
siem Pontianak (Kalbar), siam Madu (Sumut), dan siam Banjar (Kalsel). Sedangkan
untuk jeruk manis antara lain manis Pacitan (Baby) dan Punten (Jawa Timur),
Waturejo (Jawa Tengah) termasuk jeruk pamelo seperti Nambangan, Sri Nyonya, dan
Bali (Hardiyanto et al. 2004).
Kehadiran jeruk varietas lokal ini kemungkinan sebagai variasi dalam populasi
dari berbagai daerah atau adanya perbedaan dalam pengklasifikasian jeruk. Oleh
karena itu masih diperlukan penelitian untuk meninjau kembali keanekaragaman
jeruk dalam upaya membenahi dan
melakukan perbaikan terhadap klasifikasi yang sudah ada, terutama kedudukan
tingkat takson.
Beberapa ahli taksonomi mempunyai perbedaan
dalam mengklasifikasikan jeruk terutama pada tingkatan spesies. Menurut Tanaka
(1977) dikenal sekitar 149-152 spesies jeruk, sementara itu Swingle dan Reece
(1967) dikenal sebanyak 16 spesies jeruk dan menganggap yang lain sebagai
persilangan. Jeruk grapefruit dalam
sistem klasifikasi Swingle dan Reece (1967) merupakan spesies pelapis dengan
alasan bahwa grapefruit merupakan
hasil persilangan antara jeruk manis dan pamelo. Rai et al. (1997) menambahkan bahwa pamelo, sitron, dan sour orange mempunyai banyak nama lokal
sebagai akibat faktor evolusi dan budidaya.
Karakter morfologi dianggap masih belum
cukup untuk keperluan mencari kedudukan yang jelas dalam tingkatan takson,
sehingga perlu dilengkapi dengan metode lain sebagai komplemen untuk
mengevaluasi kekerabatan (Campos et al.
2005, Santos et al. 2003, Karp et al. 1997). Artinya, karakterisasi
secara morfologi masih diperlukan pada kebun koleksi atau plasma nutfah untuk
melengkapi data informasi yang detail. Hal ini sesuai dengan penelitian
Oliviera et al. (2002) dan Oliviera
dan Radmann (2005) yang menyimpulkan bahwa metode morfologi maupun penanda
molekular dapat digunakan sebagai komplementer dalam karakterisasi spesies
maupun varietas jeruk. Hal yang sama juga dilaporkan oleh Fang dan Roose
(1997). Lebih lanjut Araujo et al.
(2003) mengemukakan bahwa pendekatan taksonomi merupakan alat penting dalam
menelusuri evolusi jeruk sekaligus menentukan tingkat kekerabatan spesies
jeruk. Taksonomi numerik atau taksonometri didefinisikan sebagai metode
evaluasi kuantitatif mengenai kesamaan atau kemiripan sifat antargolongan
organisme, dan penataan golongan-golongan itu melalui suatu analisis yang
dikenal sebagai analisis kelompok (cluster
analysis) ke dalam kategori takson atas dasar kesamaan-kesamaan sifat.
Obyek studi dapat berupa individu, galur, varietas, jenis, dan seterusnya, yang
penting untuk diperhatikan ialah bahwa unit–unit yang dijadikan obyek harus
benar mewakili golongan organisme yang sedang digarap dan dilakukan pada
tingkatan takson yang sama. Unit terkecil sebagai obyek studi disebut satuan taksonomi operasional (STO)
atau operational taxonomic unit (OTU)
(Sneeth dan Sokal 1973 dalam Stuessy
1990, Saitoi dan Nei 1987, Gembong 1998).
Adapun tujuan penelitian ini adalah
memperoleh informasi mengenai karakter morfologi varietas-varietas lokal jeruk
dari beberapa spesies dan menentukan kedudukan takson/kategori secara
hierarki untuk varietas jeruk lokal dari
beberapa spesies jeruk.
BAHAN DAN METODE
Penelitian
dilaksanakan di Laboratorium Biologi, Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang
dan di Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika, Tlekung, Batu mulai
bulan Mei sampai dengan November 2005.
Penelitian dilakukan
pada 3 spesies jeruk masing- masing 3
varietas, yaitu C. reticulata Blanco B. (Cinakonde, Batu, dan Pulung), C. maxima Merr M. (Nambangan, Sambas,
dan Sri Nyonya), dan C. sinensis Osbeck
(Pacitan, Kupang, dan Punten) yang terdapat di Kebun Induk Balai Penelitian
Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika, Tlekung, Batu. Spesimen yang digunakan
adalah tanaman dan bagian/potogan organ jeruk untuk setiap varietas lokal yang
terdapat di kebun induk dan pemilihan spesimen dipilih secara acak. Penelitian
ini menggunakan analisis deskriptif eksploratif.
Penelitian terdiri dari 2 tahap, yaitu
(a) pecandraan/pendeskripsian morfologi organ vegetatif dan generatif, (b)
karakterisasi dari berbagai jeruk yang telah ditetapkan sebagai STO.
Identifikasi jeruk secara morfologi dilakukan berdasarkan IPGRI (1999). i
laboratorium dilakukan pembuatan sediaan mikroskop yaitu preparat segar (irisan
melintang batang, tangkai daun, helaian daun, dan irisan paradermal daun)
diwarnai dengan safranin 70%. Irisan tersebut diletakkan pada gelas obyek yang
telah diberi gliserin 10% dan preparat awetan (polen). ata anatomi paradermal
daun berupa kerapatan, bentuk, dan ukuran stomata serta sel-sel epidermis.
Kerapatan stomata dengan menghitung persentase
jumlah stomata terhadap sel epidermis yang terlihat pada satuan luas
lingkaran pandang mata di bawah mikroskop, sedangkan data untuk semua irisan
melintang berupa susunan anatomi. Pembuatan preparat polen dengan metode asetolisis (Wijajanto dan
Susetyoadi 2001) yang menggunakan gliserin jeli dengan pewarna safranin.
ilakukan dokumentasi pada spesimen di lapangan beserta morfologi dari bagian
tanaman jeruk. Penentuan hubungan kekerabatan anggota Citrus sp. mengikuti petunjuk Heywood (1968).
Adapun indeks kesamaan dari setiap
pasangan STO menggunakan rumus koefisien asosiasi:
Ns
S =


Ns + Nd
di mana,
S = adalah koefisien asosiasi sepasang STO yang
dibandingkan.
Ns = adalah jumlah karakter yang sama (+) untuk
sepasang STO yang dibandingkan.
Nd = adalah jumlah karakter yang tidak sama
(+ pada 1 STO dan – pada STO yang lain) untuk sepasang STO yang dibandingkan.
Sokal dan Michener (1958) dalam
Stuessy (1990).
ata indeks kesamaan yang sudah
terkumpul selanjutnya dianalisis menggunakan metode analisis kelompok. Tahap
akhir analisis adalah pembuatan dendogram (Baum dan onoghue 1995).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakter Morfologi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada
pengamatan morfologi baik batang, daun, bunga maupun polen atau serbuk sari
terdapat variasi di antara spesies jeruk maupun varietas jeruk yang diamati
(Tabel 1a, 1b, dan 1c).
Terlihat adanya duri pada batang 3
spesies jeruk, yaitu C. sinensis Osbeck, C. maxima Merr, dan C. reticulata Blanco
(varietas keprok Batu dan keprok Pulung). Sedangkan batang Cinakonde tidak ditemukan adanya duri.
Panjang duri pada setiap spesies memiliki variasi. uri pada C. reticulata Blanco dan C. sinensis Osbeck panjang durinya
antara 1-4 cm sedangkan pada C. maxima
Merr 0,4-1 cm. Batang muda pada C. maxima
Merr terdapat bulu seperti bludru. Setiap spesies juga memiliki bentuk daun
yang bervariasi. Bentuk daun obovate
terlihat pada jenis C. reticulata Blanco
(keprok Batu) dan C. maxima Merr
(besar Sri Nyonya), ovalis obovate
terlihat pada C. senensis Osbeck, C. reticulata Blanco (keprok Pulung),
dan C. maxima Merr (Nambangan dan
Sambas). Bentuk daun ovalorbicular
hanya terlihat pada C. sinensis Osbeck (Cinakonde). Pada daun C. maxima Merr terdapat bulu seperti
bludru pada permukaan bawah, tepi rata pada C.
maxima Merr dan C. sinensis Osbeck (manis Punten). asar daun runcing
terlihat pada C. maxima Merr, dasar
daun tumpul pada C. reticulata Blanco, dan dasar daun membulat terlihat pada C. sinensis Osbeck. Ujung daun pada C. reticulata Blanco (keprok Batu dan keprok Pulung) dan C. maxima Merr yaitu runcing,
membulat pada C. reticulata Blanco
(keprok Cinakonde). Pada C. sinensis Osbeck,
ujung daun meruncing, panjang helaian daun C.
maxima Merr memiliki rentangan 9,617,3 cm, C. sinensis Osbeck 8,2-17,5
cm, dan C. reticulata Blanco 7,8-9,8
cm. Rasio panjang dan lebar daun 1,5:1 terlihat pada C. maxima Merr dan C.
sinensis Osbeck (manis Kupang), rasio 1,5-2:1 pada C. reticulata Blanco (keprok Cinakonde dan keprok Batu) dan C. sinensis Osbeck (manis Pacitan), rasio 2-2,5:1 pada keprok Pulung dan manis
Punten.
Tangkai daun pada keprok Cinakonde tidak
bersayap. Bentuk sayap pada C. reticulata
Blanco terdapat variasi, yaitu
linear pada keprok Batu dan obovate pada
keprok Pulung.
Pada C.
sinensis Osbeck bentuk sayap
daunnya obdeltate dan pada C.
maxima Merr sayap daun berbentuk obcordate
(Nambangan dan Sri Nyonya), dan obdeltate
pada besar Sambas. Rentangan panjang sayap pada C. maxima Merr antara 1,5-5,8 cm, pada C. sinensis Osbeck antara
0,7-2,5 cm, dan rentangan panjang sayap pada C. reticulata Blanco 0,3-1,6
cm. Rasio perbandingan panjang dan lebar sayap 1-2:1 pada C. maxima Merr untuk setiap varietas lokal mempunyai rasio yang
berbeda-beda, yaitu pada besar Nambangan rasio perbandinganya 1:1, besar Sambas
mempunyai rasio 1-1,5:1 dan untuk besar
Sri Nyonya memiliki rasio 1,5-2:1. Pada C. sinensis Osbeck rasio
perbandingan panjang dan lebar sayap 1-3:1. Rasio pada setiap varietas
lokal yaitu 1-2:1 untuk manis Pacitan, 1-3:1 pada manis Kupang, dan 2,5-3:1
pada manis Punten. Pada C. reticulata Blanco
rasio perbandingan panjang dan lebar sayap yaitu 1-3:1 pada keprok Batu dan
3,5:1 pada keprok Pulung. Kerapatan kelenjar dalam 1 cm2 pada C. maxima Merr 52-102, C. sinensis Osbeck memiliki rentangan
28-60, dan pada C. reticulata Blanco
rentangannya 112232, kecuali khusus pada
keprok Batu memiliki rentangan yang kecil yaitu 24-40.
Letak bunga pada ketiga spesies jeruk (Citrus sp.) pada terminal dan merupakan perbungaan dengan bentuk tandan.
Jumlah bunga pada perbungaannya bervariasi yaitu 2-10 pada C. maxima Merr, 1-8 pada C.
reticulata Blanco dan C. sinensis Osbeck.
Panjang brakthe dan braktheola < 0,1cm, kecuali pada pada
C. sinensis Osbeck (manis Pacitan), brakthe dapat mencapai 0,2 cm. Jumlah
perhiasan bunga (kelopak dan mahkota) adalah 4 kecuali pada jeruk besar
Nambangan (C. maxima Merr) dan
jeruk manis Punten (C. sinensis Osbeck) jumlah
perhiasan bunganya 5. Bentuk ujung kelopak runcing pada C. sinensis Osbeck dan
besar Nambangan (C. maxima Merr),
ujung kelopak rata ditemui pada C. maxima
Merr (Sambas dan Sri Nyonya), ujung kelopak meruncing pada C. reticulata Blanco. Terdapat kelenjar pada perhiasan bunga yang
jumlahnya (terutama pada mahkota) bervariasi. C. maxima Merr jumlah kelenjar dalam 1 makhkota > 120 titik.
Sedangkan pada C. sinensis Osbeck dan
C. reticulata Blanco masing-masing
memiliki jumlah kelenjar minyak di mahkota berkisar antara 35-90 µm dan 20-53
µm. Panjang anthera (benang sari) pada C.
maxima Merr antara 0,9-2 cm, C.
sinensis Osbeck 1,2-1,5 cm, dan C. reticulata Blanco memilki rentangan antara 0,5-0,8 cm. Jumlah benang sari secara
umum merupakan kelipatan dari jumlah perhiasan bunga. Jumlah benang sari pada C. maxima Merr adalah 25-35 pada C. sinensis Osbeck dan C. reticulata Blanco
berjumlah 20-30. Tinggi putik (stilus) pada C.
maxima Merr adalah 0,9-1,2 cm, pada C.
sinensis Osbeck memiliki panjang antara 0,2- 0,4 cm dan C. reticulata Blanco memiliki rentangan 0,5-1,7 cm. Jumlah ruang karpel (bakal
buah) pada C. maxima Merr sebanyak 10-18, sedangkan pada C.
sinensis Osbeck 10-13, dan C. reticulata Blanco jumlah karpelnya 10-15.
Beberapa bentuk serbuk sari diamati
dari pandangan kutub, yaitu bulat pada
semua Citrus sp., kecuali pada varietas lokal manis Pacitan dan keprok Batu, selain
berbentuk bulat juga ditemui bentuk persegi dengan sudut-sudut yang tumpul dan
sisinya cembung. Ukuran serbuk sari dari pandangan kutub antara 12-26 µm pada C. maxima Merr, 10-20 µm pada C. sinensis Osbeck, dan pada C. reticulata Blanco
memiliki rentangan 12-24 µm. Pada varietas lokal C. sinensis Osbeck terdapat
rentangan yang terputus, yaitu pada manis Pacitan (16-20 µm). Sedangkan bentuk
serbuk sari dari pandangan ekuatorial menunjukkan beberapa bentuk, yaitu bulat
(pada C. maxima Merr, C. sinensis Osbeck (manis Punten), dan C. reticulata Blanco (keprok Cinakonde
dan keprok Batu), bulat panjang dengan ujung tumpul (pada C. sinensis Osbeck (manis
Pacitan dan manis Kupang), C. reticulata
Blanco (keprok Cinakonde dan keprok Pulung).
Ukuran serbuk sari dari pandangan ekuatorial adalah antara 10-80 µm (Tabel
2a, 2b, dan 2c).
Beberapa tipe apertura yang didapati
pada Citrus sp., antara lain
trizonokolporat, yaitu tetrazonokolporat terdapat pada C. maxima Merr, C. sinensis Osbeck (manis Pacitan), dan C. reticulata Blanco (keprok Batu), trizonokolporat dan tetrazonokolporat terdapat pada
C. reticulata Blanco (keprok
Cinakonde dan keprok Pulung) dan C.
sinensis Osbeck (manis Kupang dan
manis Punten). Panjang kolpus berkisar 6-14 µm pada C. maxima Merr, 10-14 µm pada C.
sinensis Osbeck dan 4-8 µm pada C.
reticulata Blanco. Semua ujung kolpus pada Citrus sp. adalah runcing.
Tabel 1a. Morfologi spesies C. reticulata Blanco (Morphology of C. reticulata Blanco species)
Karakter
(Characters)
|
|
Citrus reticulata Blanco
|
|
KB
|
KCK
|
KP
|
|
Batang (Stem)
Perbandingan tebal kulit batang dengan
diameter kayu
|
1:11,5-13
|
1:9-11,5
|
1:9-11
|
Adanya duri pada batang
|
Ada
|
Tidak ada
|
Ada
|
Panjang duri pada batang
|
1,1–3,3 cm
|
0 cm
|
3,1-3,7cm
|
Daun (Leaf)
Panjang tangkai daun
|
0,8 – 2,3 cm
|
0,4 cm
|
1,1-1,4 cm
|
Bentuk daun
|
Obovate
|
Ovalis
orbicular
|
Ovalis obovate
|
Tepi daun
|
Crenate
|
Crenate
|
Crenate
|
asar daun
|
Tumpul
|
Tumpul
|
Tumpul
|
Ujung daun
|
Runcing
|
Tumpul
|
Runcing
|
Panjang helaian daun
|
9,8 – 8,3 cm
|
7,8-8,7 cm
|
8,7-9,1 cm
|
Lebar helaian daun
|
6,6 – 4.3 cm
|
4,3-5 cm
|
4,1-4,7 cm
|
Rasio perbandingan panjang dan lebar helaian anak daun
|
1,5-2:1
|
1,5-2:1
|
2:1
|
Sayap pada tangkai
|
Ada
|
Tidak ada
|
Ada
|
Bentuk sayap
|
Linear
|
-
|
Obovate
|
Panjang sayap
|
0,3 - 1,6 cm
|
0
|
1,1 cm
|
Lebar sayap
|
0,3 - 0,5 cm
|
0
|
0,3 cm
|
Ratio
panjang dan lebar sayap
|
1-3:1
|
0
|
3,5:1
|
Tebal helain sayap
|
0, 3 cm
|
0
|
0,04 cm
|
Ujung pertulangan daun
|
Beranatomosis
|
Beranatomosis
|
Beranatomosis
|
Jumlah pertulangan daun bagian kiri
|
8-10
|
9-10
|
12-13
|
Jumlah pertulangan daun bagian kanan
|
10-11
|
9-10
|
12-13
|
Kerapatan stomata pada daun/sd
|
22-38
|
40-42
|
31-41
|
Kerapatan kelenjar pada daun/cm2
|
24-40
|
196-232
|
112-164
|
Ketebalan lapisan epidermis atas (m)
|
8-12
|
8-10
|
6-10
|
Ketebalan lapisan epidermis bawah (m)
|
6-8
|
8-10
|
10-12
|
Ketebalan lapisan palisade (m
|
50-60
|
50-52
|
48-50
|
Bunga (Flower)
Letak bunga
|
Terminal
|
Terminal
|
Terminal
|
Tipe bunga
|
Tandan
|
Tandan
|
Tandan
|
Jumlah bunga pada perbungaan
|
1-8
|
2-6
|
2-5
|
Brakthe
|
Ada < 0,1 cm
|
Ada < 0,1 cm
|
Tidak ada
|
Braktheola
|
-
|
-
|
-
|
Panjang tangkai bunga
|
0,5-1cm
|
0,3-0,6 cm
|
0,5-1,7 cm
|
Jumlah kelopak
|
5
|
5
|
5
|
Bentuk kelopak ujung
|
Meruncing
|
Meruncing
|
Meruncing
|
Jumlah mahkota
|
5
|
4
|
5
|
Pajang mahkota
|
1-1,1 cm
|
1,1-1,4 cm
|
0,9-1 cm
|
Lebar mahkota
|
0,5 cm
|
0,5 cm
|
0,4-0,6 cm
|
Bentuk mahkota
|
Memanjang
|
Memanjang
|
Memanjang
|
Warna mahkota
|
Putih
|
Putih
|
Putih
|
Kelenjar di kelopak
|
Ada
|
Ada
|
Ada
|
Jumlah kelenjar minyak di mahkota
|
20-21
|
22-34
|
34-53
|
Panjang benang sari
|
0,7 cm
|
0,5-0,7
|
0,5-0,8 cm
|
Tangkai sari
|
0,6 cm
|
0,4-0,5 cm
|
0,5-0,7 cm
|
Karakter (Characters)
|
|
Citrus
sinensis Osbeck
|
|
MPA
|
MK
|
MPU
|
|
Batang
(Stem)
Perbandingan
tebal kulit batang dengan diameter kayu
|
1:7-8
|
1:7-8
|
1:8-10
|
Adanya
duri pada batang
|
Ada
|
Ada
|
Ada
|
Panjang
duri pada batang
|
1-1,8
cm
|
1,7-2,8
cm
|
1,7-4
cm
|
Daun (Leaf)
Panjang
tangkai daun
|
1,6
-3,2 cm
|
1,1-2,8
cm
|
1,9
-3,4 cm
|
Bentuk
daun
|
Ovalis obovate
|
Ovalis obovate
|
Ovalis obovate
|
Ujung
daun
|
Meruncing
|
Meruncing
|
Meruncing
|
Panjang
helaian daun
|
10,5-
14,5cm
|
8,2-11,1cm
|
11,3-17,5
cm
|
Lebar
helaian daun
|
5,8-9,9
cm
|
6,3-7,4
cm
|
5,4-9,6
cm
|
Rasio
perbandingan panjang dan lebar helaian
anak daun
|
1,5-2:1
|
1,5:1
|
2-2,5:1
|
Sayap
pada tangkai
|
Ada
|
Ada
|
Ada
|
Bentuk
sayap pada tangkai
|
Obdeltate
|
Obdeltate
|
Obdeltate
|
Panjang
sayap
|
1,1-2,5
cm
|
0,7-2,2
cm
|
1,1-2,5
cm
|
Lebar
sayap
|
0,4-0,8
cm
|
0,5-0,9
cm
|
0,4-1
cm
|
Perbandingan panjang dan lebar sayap
|
3:1
|
2-1:1
|
2,5-3:1
|
Tebal
helain sayap
|
0,045
cm
|
0,04 cm
|
0,04 cm
|
Ujung
pertulangan daun
|
Beranatomosis
|
Beranatomosis
|
Beranatomosis
|
Jumlah
pertulangan daun bagian kiri
|
11-14
|
10-13
|
9-13
|
Kerapatan
stomata pada daun/sd
|
24-27
|
24-30
|
26-34
|
Kerapatan
kelenjar pada daun/cm2
|
30-40
|
28-45
|
32-60
|
Ketebalan
lapisan epidermis atas (m)
|
10-12
|
10-12
|
10-16
|
Ketebalan
lapisan epidermis bawah (m)
|
6-8
|
6-9
|
10-12
|
lanjutan
...
Karakter
(Characters)
|
KB
|
Citrus reticulata Blanco
KCK
|
KP
|
Panjang kepala sari
|
0,1 cm
|
0,2 cm
|
0,1-0,3 cm
|
Lebar kepala
|
0,1 cm
|
0,1 cm
|
0,1 cm
|
Panjang :
lebar kepala sari
|
1:1
|
2:1
|
3-1:1
|
Jumlah benang sari
|
20-25
|
20-30
|
20-25
|
Panjang putik/stilus
|
0,8-0,9 cm
|
1,7-1,9 cm
|
0.5-0,8 cm
|
Tinggi stigma
|
0,16 cm
|
0,3 cm
|
0,2-0,3 cm
|
iameter stigma
|
0,3 cm
|
0,2-0,3 cm
|
0,3 cm
|
Perbandingan panjang putik : Panjang
benang sari
|
1:1
|
2,5-3:1
|
1:1
|
Bentuk bakal buah
|
Bulat
|
Bulat
|
Bulat
|
Jumlah ruang pada buah
|
10-13
|
10-15
|
10-13
|
Letak
kelenjar pada perhiasan bunga
|
Bawah/ luar permukaan
|
Bawah/ luar permukaan
|
Bawah/ luar permukaan
|
KB= keprok
Batu; KCK= keprok Cikonde; KP= keprok Pulung
Tabel
1b. Morfologi spesies C. sinensis Osbeck (Morphology of C. sinensis Osbeck species)
lanjutan
...
Karakter
(Characters)
|
|
Citrus sinensis Osbeck
|
|
MPA
|
MK
|
MPU
|
|
Ketebalan lapisan palisade (m
|
52-60
|
52-54
|
60
|
Bunga (Flower)
Letak Bunga /Perbungaan
|
Teminal
|
Terminal
|
Terminal
|
Tipe perbuangan
|
Tandan
|
Tandan
|
Tandan
|
Jumlah bunga pada perbungaan
|
1-8
|
1-5
|
1-6
|
Ada tidaknya brakthe
|
Ada < 0,2 cm
|
Ada < 0,1cm
|
Ada < 0,1cm
|
Ada tidaknya braktheola
|
Ada
0,1
|
Ada
0,1 cm
|
Ada
0,1 cm
|
Panjang tangkai bunga
|
0,5-2 cm
|
0,4-2,4 cm
|
1,5-3 cm
|
Jumlah kelopak
|
5
|
5
|
4
|
Panjang kelopak
|
0,5 cm
|
0,4-0,5 cm
|
0,4-0,5 cm
|
Lebar kelopak
|
0,5 cm
|
0,6 cm
|
0,3-0,4 cm
|
Bentuk kelopak ujung
|
Runcing
|
Runcing
|
Runcing
|
Jumlah mahkota
|
5
|
5
|
4
|
Pajang Mahkota
|
0,8-2,2 cm
|
0,9-2,2 cm
|
1,6-2,3 cm
|
Lebar mahkota
|
0,7 cm
|
0,9 cm
|
0,6-0,8 cm
|
Bentuk mahkota
|
Memanjang
|
Memanjang
|
Memanjang
|
Warna mahkota
|
Putih kekuningan
|
Putih
|
Putih
|
Adanya kelenjar di kelopak
|
Ada
|
Ada
|
Ada
|
Jumlah kelenjar minyak di mahkota
|
51-90
|
35-57
|
39-70
|
Panjang benang sari
|
1,4 -1,5 cm
|
1,2-1,5 cm
|
1,2-1,4 cm
|
Lebar kepala
|
0,1 cm
|
0,1 cm
|
0,1 cm
|
Panjang: lebar kepala sari
|
1:2-3
|
1:2-3
|
1:2-3
|
Jumlah benang sari
|
20-25
|
20-30
|
22-25
|
Panjang putik/stilus
|
1,2-1,5 cm
|
1,1-1,3 cm
|
1,5-2 cm
|
Tinggi stigma
|
0,2-0,3 cm
|
0,21-0,22 cm
|
0,35-0,39 cm
|
iameter stigma
|
0,3-0,35 cm
|
0,22-0,29 cm
|
0,24-0,40 cm
|
Perbandingan panjang putik: Panjang
benang sari
|
1:1
|
1:1
|
1-1,5:1
|
Bentuk bakal buah
|
Bulat
|
Bulat
|
Bulat
|
Jumlah ruang pada buah
|
12
|
10-13
|
12-13
|
Letak kelenjar pada perhiasan bunga
|
Bawah/luar permukaan
|
Bawah/luar
permukaan Bawah/luar permukaan
|
MP= manis
Pacitan, MK= manis Kupang; MU= manis Punten
ua bentuk porus yang terdapat pada
serbuk sari dari Citrus sp., yaitu
bentuk porus bulat yang ditemukan pada C.
maxima Merr, serta porus
berbentuk bulat panjang terdapat pada C.
sinensis Osbeck, bentuk bulat dan bulat panjang terdapat pada C.
reticulata Blanco (keprok
Cinakonde). Ukuran porus antara 2-4 µm, yaitu pada C. maxima, 2-6 µm pada C.
sinensis Osbeck dan 1-4 µm pada C.
reticulata Blanco Bentuk
ornamentasi yang terdapat pada Citrus
sp. adalah ornamentasi pervorat pada C.
maxima Merr, C. sinensis Osbeck, dan C.
reticulata, kecuali pada varietas lokal Cinakonde mempunyai ornamentasi
verkulat.
Hubungan Kekerabatan
Hasil perhitungan hubungan kekerabatan Citrus sp. berdasarkan morfologi ditunjukkan dendogram hirarkhi taksonomi
(Gambar 1).
Berdasarkan gambar dendogram di atas,
beberapa jenis jeruk Citrus sp. terbagi menjadi 2 kelompok
klaster besar dengan tingkat kesamaan 19%. Pada bagian 1 terdapat 2 kelompok.
Kelompok pertama adalah kelompok C.
maxima Merr dengan tingkat kesamaan 30%. Pada kelompok C. maxima Merr terbagi menjadi
2 anak-klaster. Anak-klaster I terdiri dari besar Nambangan.
Anak-klaster II terdiri dari besar Sambas dan
Tabel 1c.
Morfologi spesies C. maxima Merr (Morphology of C. maxima
Merr)
Karakter (Characters)
|
|
Citrus maxima Merr
|
|
BN
|
Bsy
|
BS
|
|
Batang (Stem)
Perbandingan tebal kulit batang dengan
diameter kayu
|
1:2-7
|
1:4-5,5
|
1:6-8
|
Adanya duri pada batang
|
Ada
|
Ada
|
Ada
|
Panjang duri pada batang
|
0,1-0,4 cm
|
0,3 cm
|
0,2 cm
|
Daun (Leaf)
Panjang tangkai daun
|
2,8-6,5 cm
|
2,9-4,8 cm
|
2,3-4,4 cm
|
Bentuk daun
|
Oval
obovate
|
Obovate
|
Oval
obovate
|
Tepi daun
|
Rata
|
Rata
|
Rata
|
asar daun
|
Runcing
|
Runcing
|
Runcing
|
Ujung daun
|
Runcing
|
Runcing
|
Runcing
|
Panjang helaian daun
|
9,6 -17,3 cm
|
12-14
cm
|
10,9 -12,6 cm
|
Lebar helaian daun
|
6,8 -10,2 cm
|
5,4 -8,6 cm
|
5,5 -7,1 cm
|
Rasio perbandingan panjang dan lebar helaian anak daun
|
1,5 :
1
|
1,5 :
1
|
1,5 :
1
|
Ada tidaknya sayap pada tangkai
|
Ada
|
Ada
|
Ada
|
Bentuk sayap pada tangkai
|
Obcordate
|
Obcordate
|
Obcordate
|
Panjang sayap
|
2,4-5,8 cm
|
2,3-3,9 cm
|
1,5-3,6 cm
|
Lebar sayap
|
2,2 -4,7 cm
|
1,1 -2,2cm
|
1–3 cm
|
Perbandingan panjang dan lebar sayap
|
1:1
|
1,5-2
: 1
|
1-1,5:1
|
Tebal helain sayap
|
0,04 cm
|
0,05 cm
|
0,05 cm
|
Ujung pertulangan daun
|
Anatomosis
|
Anatomosis
|
Anatomosis
|
Jumlah pertulangan daun bagian kiri
|
14-19
|
17-22
|
14-20
|
Kerapatan stomata pada daun/sd
|
27-35
|
30-32
|
40-43
|
Kerapatan kelenjar pada daun/cm2
|
52-70
|
64-102
|
54-100
|
Ketebalan lapisan epidermis atas (m)
|
10-12
|
8-10
|
8-14
|
Ketebalan lapisan epidermis bawah (m)
|
8-10
|
6-8
|
6-8
|
Ketebalan lapisan palisade (m
|
60-62
|
60-64
|
50-60
|
Bunga (Flower)
Letak Bunga /Perbungaan
|
Teminal
|
Terminal
|
Terminal
|
Tipe perbuangan
|
2-10
|
2-8
|
4-12
|
Jumlah bunga pada perbungaan
|
Tandan
|
Tandan
|
Tandan
|
Brakthe
|
Ada/ < 0,1
|
Ada/< 0,1
|
Ada/< 0,1
|
Braktheola
|
Ada/ 0,1-04cm
|
Ada/0,2-0,3cm
|
Ada/0,1-0,3 cm
|
Panjang tangkai bunga
|
1,2 cm
|
1-1,4 cm
|
1,5-2 cm
|
Jumlah kelopak
|
5
|
4
|
4
|
Panjang kelopak
|
0,8-0,6 cm
|
0,6-1 cm
|
0,5-0,9 cm
|
Lebar kelopak
|
0,6 cm
|
0,6-0,7 cm
|
0,6 cm
|
Bentuk kelopak ujung
|
Runcing dengan tepi berwarna ungu
|
Rata
|
Rata
|
Jumlah mahkota
|
5
|
4
|
4
|
Pajang mahkota
|
1.6-1.7 cm
|
1.7-2cm
|
1-6-2 cm
|
Lebar mahkota
|
0.8-1 cm
|
0.9-1.5 cm
|
0.9-1 cm
|
Bentuk mahkota
|
Putih kekuningan
|
Putih kekuningan
|
Putih
kekuningan
|
Warna mahkota
|
Memanjang
|
Memanjang
|
Memanjang
|
Adanya kelenjar di kelopak
|
Ada
|
Ada
|
Ada
|
Jumlah kelenjar minyak di mahkota
|
>120
|
>120
|
> 120
|
Panjang benang sari
|
0,9-1,1 cm
|
1,1-1,3 cm
|
1,8-2 cm
|
Tangkai sari
|
0,7-0,9 cm
|
0,8-1 cm
|
1,3-1,7 cm
|
Panjang kepala sari
|
0,4-0,5 cm
|
0,5 cm
|
0,3 cm
|
Lebar kepala
|
0,2 cm
|
0,14-0,2 cm
|
< 0,1
|
lanjutan
...
Karakter (Characters)
|
|
Citrus maxima Merr
|
|
BN
|
Bsy
|
BS
|
|
Panjang :
lebar kepala sari
|
2-2,5:1
|
2-3:1
|
0
|
Jumlah benang sari
|
25-35
|
25-30
|
30-35
|
Panjang putik/stilus
|
0,9-1,2 cm
|
1,1-1,2 cm
|
0,8-1,2 cm
|
Tinggi stigma
|
0,15-0,19 cm
|
0,32-0,36 cm
|
0,2-0,3 cm
|
Bentuk bakal buah
|
Bulat
|
Bulat
|
Bulat
|
Jumlah ruang pada buah
|
15-18
|
14-16
|
10-15
|
Letak
kelenjar pada perhiasan bunga Bawah/luar permukaan Bawah/luar permukaan Bawah/luar
permukaan
|
BN = besar
Nambangan; BSy= besar Sri Nyonya; BS= besar Sambas
Tabel 2a.
Morfologi polen spesies C. reticulata Blanco (Pollen
morphology of C. reticulata Blanco)
Ciri-ciri
morfologi (Morphological characters)
|
|
|
Citrus reticulata Blanco
|
|
||||||
KB
|
KCK
|
KP
|
||||||||
Bentuk
|
Pandangan
|
|
Bulat
|
Bulat
|
Bulat
|
|||||
|
kutub
|
|
Persegi cembung tumpul
|
|
|
|||||
|
Ukuran (m
|
|
12-15
|
16-24
|
16-20
|
|||||
|
Gambar
Pandangan
|
|
![]() ![]()
Bulat
|
![]()
Bulat
|
![]()
Bulat panjang
|
|||||
|
Ekuator
|
|
|
Bulat panjang
|
|
|||||
|
Ukuran (µm)
|
l/d
|
10-14
|
10
|
10
|
|||||
|
Gambar
|
p
|
![]() |
20
![]() |
15
![]() |
|||||
Apertura
|
Tipe
|
|
Tetrazonokolporat
|
Trizonokolporat
|
Tetrazonokolporat
|
|||||
|
|
|
|
Tetrazonokolporat
|
Pentazonokolporat
|
|||||
|
Jumlah kolpus
|
|
4
|
3-4
|
4-5
|
|||||
|
Ukuran kolpus
|
|
8
|
6
|
4-8
|
|||||
|
Lebar kolpus
|
|
2
|
2
|
1
|
|||||
|
Bentuk porus
|
|
Bulat panjang
|
Bulat panjang
|
Bulat panjang
|
|||||
|
|
|
Persegi panjang
|
Bulat
|
|
|||||
|
Ukuran
porus l
|
|
1-2
|
|
|
|||||
(m p /d
|
2-3
|
4
|
2
|
|||||||
Ciri-ciri
morfologi (Morphological characters)
|
|
Citrus reticulata Blanco
|
|
|||||||
KB
|
KCK
|
KP
|
||||||||
Gambar
Bentuk
|
![]() ![]()
Pervolat
|
![]() ![]()
erkulat
|
![]() ![]()
Pervorat
|
|||||||
KB= keprok
Batu; KCK= keprok Cikonde; KP= keprok Pulung
Tabel 2b.
Morfologi polen spesies C. sinensis Osbeck (Pollen
morphology of C. sinensis Osbeck)
Ciri-ciri
morfologi (Morphological characters)
|
|
|
Citrus sinensis Osbeck
|
|
||||||
|
MPA
|
MK
|
MPU
|
|||||||
Bentuk
|
Pandangan
|
|
Bulat
|
Bulat
|
Bulat
|
|||||
|
kutub
|
|
Segiempat cembung tumpul
|
|
|
|||||
|
Ukuran (m
|
|
16-20
|
10-12
|
12-14
|
|||||
|
Gambar
Pandangan
|
|
![]()
Bulat panjang
|
![]()
Bulat panjang
|
![]()
Bulat
|
|||||
|
ekuator
|
|
tumpul
|
tumpul
|
|
|||||
|
Ukuran (µm)
|
l/d
|
12-18
|
14
|
16
|
|||||
|
Gambar
|
P
|
10-14
![]() |
10
![]() |
![]() |
|||||
Apertura
|
Tipe
|
|
Tetrazonokolporat
|
Trizonokolporat
|
Trizonokolporat
|
|||||
|
Jumlah kolpus
|
|
4
|
3-4
|
2-4
|
|||||
|
Ukuran kolpus
|
|
12-14
|
10-14
|
12-14
|
|||||
|
Lebar kolpus
|
|
2
|
2
|
2
|
|||||
|
Ujungnya
|
|
Runcing
|
Runcing
|
Runcing
|
|||||
|
Jumlah porus
|
|
3 (4)
|
3
|
3
|
|||||
|
Bentuk porus
Ukuran
porus l
|
|
Bulat panjang
|
Bulat panjang
|
Bulat panjang
|
|||||
(m p /d
|
2-4
|
2-6
|
4-6
|
|||||||
Ciri-ciri
morfologi (Morphological characters)
|
|
Citrus sinensis Osbeck
|
|
|||||||
MPA
|
MK
|
MPU
|
||||||||
Gambar
![]()
Bentuk
|
![]()
Pervorat
|
![]() ![]()
Pervorat
|
![]() ![]()
Pervorat
|
|||||||
MPA= manis
Pacitan, MK= manis Kupang; MPU= manis Punten
Tabel
2c. Morfologi polen spesies C. maxima Merr (Pollen morphology of C.
maxima Merr)
Ciri-ciri
morfologi
|
Citrus
maxima Merr
|
||||
(Morphological characters)
|
BN
|
BSy
|
BS
|
||
Bentuk
|
Pandangan
|
|
Bulat
|
Bulat
|
Bulat
|
|
kutub
Ukuran (m
|
|
14-26
|
18-20
|
12-16
|
|
Gambar
Pandangan
|
|
![]()
Bulat
|
![]()
Bulat
|
![]()
Bulat
|
|
Ekuator
|
|
|
Bulat
panjang
|
|
|
Ukuran (µm)
|
l/d
|
|
20-22
|
|
|
Gambar
|
p
|
14-20
![]() |
14
![]() |
10-16
![]() |
Apertura
|
Tipe
|
|
Tetrazonokolporat
|
Tetrazonokolporat
|
Tetrazonokolporat
|
|
Jumlah kolpus
|
|
4
|
4
|
4
|
|
Ukuran kolpus
|
|
14
|
6
|
6-8
|
|
Lebar kolpus
|
|
3
|
2
|
2
|
|
Ujungnya
|
|
Runcing
|
Runcing
|
Runcing
|
|
Jumlah porus
|
|
4
|
4
|
4
|
|
Bentuk porus
|
|
Bulat
|
Bulat
|
Bulat
|
|
Ukuran porus l
(m p /d
Gambar
|
2-4
![]() |
2-4
![]() ![]() |
2
![]() ![]() |
|
Ornamentasi
|
Bentuk
|
Pervorat
|
Pervorat
|
Pervorat
|
BN= besar
Nambangan; BSy= besar Sri Nyonya; BS= besar Sambas
besar Sri Nyonya yang
terhubung dengan tingkat persamaan 68%. Kelompok kedua terdiri dari C. sinensis Osbeck dan C. reticulata Blanco
dengan tingkat persamaan 21,7%.
Kelompok kedua
terbagi menjadi 2 anakklaster. Anak-klaster I terdiri dari 2, yaitu manis
Kupang dan keprok Cinakonde dengan tingkat kesamaan 32%. Anak-klaster II
terdiri dari 2 subanak-klaster dengan nilai kesamaaan 22,8%. Kelompok kedua
dari subanak-klaster beranggotakan C.
sinensis Osbeck (manis Punten dan
manis Pacitan) dengan tingkat kesamaan sebesar 47%. Untuk bagian kedua
subanak-klaster C. reticulata Blanco (keprok Batu dan keprok Pulung)
yang mempunyai tingkat kesamaan sebesar 54%.
Terbaginya dendogram menjadi 2 kelompok besar menunjukkan kekerabatan
antara C. maxima Merr dengan C. sinensis Osbeck serta
C. reticulata Blanco adalah jauh.
![]()
Gambar 1. endogram
hubungan kekerabatan berapa jenis jeruk (Citrus
sp.) berdasarkan seluruh karakter morfologi. C. reticulata Blanco (KB=
keprok Batu, KCK= keprok Cinakonde,
KP= keprok Pulung), C. sinensis Osbeck (MPA=
manis Pacitan, MK= manis Kupang, MPU= manis Punten), C. maxima Merr (BN= besar Nambangan, BSy= besar Sri Nyonya,
BS= besar Sambas) (Dendogram of several
citrus species relationship based on morphological characters. C. reticulata Blanco
(KB= keprok Batu, KCK= keprok
Cinakonde, KP= keprok Pulung), C. sinensis Osbeck (MP= manis Pacitan, MK= manis Kupang, MU= manis Punten), C. maxima Merr (BN= besar Nambangan, BSy= besar Sri
Nyonya, BS= besar Sambas)).
|
Pada dendogram berdasarkan morfologi
keprok Cinakonde menjadi 1 kelompok dengan manis Kupang dengan jarak
kekerabatan yang jauh. Hal ini
menunjukkan bahwa keprok Cinakonde dapat dipisahkan dari kelompok jeruk keprok
yang lain. Berdasarkan hasil penelitian Karsinah et al. (2002) dari 3 spesies yang diklasterkan berdasarkan
keragaman genetik berdasarkan analisis penanda RAP, yaitu C. reticulata Blanco, C.
sinensis Osbeck dan C. maxima Merr, di mana dari
masingmasing varietas lokal terkelompok sesuai pada spesiesnya. Untuk keprok
Cinakonde mempunyai jarak kekerabatan yang jauh dari keprok yang lain. Pada
kelompok jeruk keprok-jeruk manis, di antara 14 jeruk keprok yang telah
diteliti, jeruk keprok Temple menjadi 1 kelompok dengan jeruk manis Pacitan
dengan tingkat kesamaan 0,83. Dalam klasifikasi, keprok Temple merupakan
spesies C. temple, yaitu hibrida
antara C. reticulata Blanco x C.
sinensis Osbeck.
Stuessy (1990) menyatakan bahwa
tingkatan dalam dendogram dapat berupa antara lain individual, populasi, spesies,
marga, dan suku. Jika masing-masing individu adalah spesies, kelompok
kecil-kelompok kecil yang merupakan gabungan dari individu-individu tersebut
mungkin adalah marga, di mana setiap bagian pasangan mewakili anak-marga yang
terpisah, dan pasangan lain merupakan marga yang berbeda. Keseluruhan satuan
taksonomi operasional yang digunakan dapat berasal dari 1 spesies, sehingga
masingmasing individu dapat merupakan varietas atau anak-spesies. Sedangkan
dalam analisis fenetik belum tentu semua klaster yang dihasilkan dianggap
sebagai spesies (baik para atau polifiletik, akan tetapi klaster tersebut bisa
saja hanya menjadi bagian dari suatu spesies (morfo atau subpopulasi) (Stevens
1998).
Kedudukan Varietas Lokal Dalam Taksonomi
arietas lokal merupakan hasil isolasi
tanaman jeruk dari berbagai daerah di Indonesia. Setiap varietas lokal dapat
dikatakan mempunyai ciri khas yang sangat menguntungkan terutama sifat buah
(ukuran, rasa, dan warna pada kulit buah
dan vesikel jus). Menurut Ziegler dan
Wolfe (1975 dalam W.W. Ko1992) secara
umum mengklasifikasikan dan membuat kunci identifikasi Citrus sp. didasarkan pada morfologi buah baik pada tingkat spesies
maupun varietas.
Sifat morfologi buah tidak semuanya
dapat dijadikan sebagai karakter yang mantap terutama sifat warna kulit buah,
rasa, dan ukuran buah untuk membedakan suatu kelompok dengan yang lain. Sebab
terdapat sifat-sifat tanaman yang sangat dipengaruhi oleh perubahan lingkungan
(nutrisi, suhu, kelembaban, dan iklim). arietas lokal secara umum merupakan
suatu variasi sifat yang terjadi pada populasi dalam wilayah agihan tertentu.
Secara umum geografi dan ekologi yang luas dari populasi merupakan hal pertama
yang menyebabkan perubahan-perubahan morfologi (fisiologi, biokimia. Namun ada
beberapa varietas lokal (keprok Cinakonde, manis Punten, dan besar Nambangan)
yang mempunyai sifat khas dari kelompok spesiesnya dan sifat tersebut adalah
sifat yang mantap sebagai pembeda dari kelompok yang lain dalam populasi
spesies yang sama, sehingga varietas lokal ini dapat dipisahkan pada tingkatan
takson di bawah spesies. Ketiga verietas
lokal tersebut dapat dimasukkan dalam
tingkatan varietas. Sedangkan untuk verietas lokal yang lain dapat dimasukkan
ke dalam tingkatan takson subspesies, sebab ciri-ciri morfologi sebagai pembeda
tidak jelas dan sifat yang diperlihatkan
dipengaruhi oleh geografi dan ekologi.
KESIMPULAN DAN SARAN
1.
Antarvarietas jeruk lokal
menunjukkan hubungan kekerabatan yang cukup jauh pada kelompok C. maxima Merr (68%), C.
reticulata Blanco (54%), dan C.
sinensis Osbeck (47%).
2.
erietas-varietas lokal pada jeruk
tidak seluruhnya dapat dikatakan sebagai kategori varietas sebab ciri-ciri yang
diperlihatkan tidak begitu jelas, namun ada beberapa varietas lokal yang
memiliki ciri-ciri khusus untuk dapat dibedakan dari sesama kelompoknya. Adapun
verietas lokal yang dapat dimasukkan dalam kategori varietas adalah keprok Cinakonde (C. reticulata Blanco), besar Nambangan (C. maxima Merr), dan manis Punten (C. sinensis Osbeck). Untuk varietas lokal yang lain dimasukkan ke
dalam kategori subspesies sebab memiliki perbedaan ciri-ciri yang tidak jelas
dan dipengaruhi oleh ekologi.
3.
Penggunaan taksonometri dalam
menentukan kekerabatan perlu dilanjutkan pada beberapa varietas jeruk lokal
lainnya dari beberapa spesies jeruk agar tidak terdapat kekeliruan dalam
pengelompokan pada tingkat spesies.
PUSTAKA
1. Araujo,
E.F., e L.P. Queiroz, M.A. Machado. 2003. What is citrus? Taxonomix
Implications from a Study of cp NA Evolution in the Tribe Citrus. Organisms Diversity and Eval.
3(1):55-62.
2. Barrett,H.C.
and A.M. Rhodes. 1976. A Numerical Taxonomix Study of Affinity Relationship in
Cultivated Citrus and Its Close Relatives. Syst.
Bot. 1:105-136.
3. Baum
.A. and M.J. onoghue. 1995. Choosing Among Alternative Phylogenetic Species
Concepts. Systimatic Botany.
20:560-573.
4. Campos,
E.T., M.A.G. Espinosa, M.L. Warburton, A.S. arela, and A.. Monts. 2005.
Characterization of mandarin Using Morphological and AFLP Markers. Interciencia
30(11):687-693
5. Fang,
D.Q. and M.L. Roose. 1997. Identification of Closely Related Citrus Cultivars
with Intersimple Sequence Repeat Marker. Theor.
Appl. Genet. 95:408-417.
6. Gembong,
T.1998. Taksonomi Umum (Dasar-Dasar Taksonomi Tumbuhan).
Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
7. Hardiyanto,
C.Martasari, dan . Agisimanto. 2004. Rekoleksi, Karakterisasi, dan Konservasi
Plasma Nutfah Jeruk. (In press). Laporan Akhir Tahun 2004. Loka Penelitian
Tanaman Jeruk dan Hortikultura Subtropik. 14 hlm.
8. Heywood,
.H. 1968. Modern Methods In Plant
Taxonomy. Botanical Society Of The British Isles. London.
9. IPGRI.
1999. Description For Citrus.
International Plant Genetic Recources Institute. Rome (Italy).
10. Karsinah,
Sudarsono, L. Setyobudi, dan H. Aswidinnoor. 2002. Keragaman Genetik Plasma
Nutfah Jeruk Berdasarkan Analisis
Penanda RAP. J. Biotek. Pert. 7
(1):8-16.
11. Karp,
A., B. Kresovich, K.. Bhat, W.G. Ayad, and T. Hodghin. 1997. Molecular Tools. In Plant Genetic Resources
Conservation: A Guide to the Technology. IPGRI Bulletin 2: 47 p.
12. Moore,
G.A. 2001. Orange and lemons: Clues to the Taxonomy of Citrus from Molecular
Markers. Trends in Genetics.
17:536–540.
13. Oliviera,
A.L., A.N. Garcia, M. Cristofani, M.A. Machado. 2002. Identification of Citrus
Hybrid Through the Combination of Leaf Apex Morphology and SSR Markers. Euphytica. 128:397-403.
14. Oliviera,
R.P. and E.B. Radmann. 2005. Genetic Similarity of Citrus Fresh Fruit Market
Cultivars. Rev.Bras. Fruits.
27(2):479-487.
15. Rai,
M., K.P.S. Chandel and P.N. Gupta. 1997. Occurance, istribution, and iversity
in the Genus Citrus in the Indian Gene Centre. (Eds.) Proceeding International Citriculture Congress. 1996. 2:1228-1234.
16. Saitoi,
N. and M. Nei. 1987. The Neighbor-joining Method: A New Method for
Reconstructioting Phylogenetic trees. Molecular
Biology and Evaluation 4:406–425.
17. Santos,
K.P., A.L.C. ornelles, L.B. de Freitas. 2003. Characterization of Mandarin
Citrus Germplasm from Southtern Brazil by Morphological and Molecular Analyze. Pesq.Agropel.Bras. 38:797–806.
18. Stevens,
.. 1998. hat Kind of Classification Should the Practicing Taxonomist Use to be
Saved? In J. Dransfield, MJE. Code
and A. Simpson, (Eds). Plant Diversity in
Malesia III: Proceedings of the 3rd International Flora Malesianan
Sumposium. 1995. Royal Botanic Gardens, Kew, UK. p. 295-319.
19. Stuessy,
Tod F. 1990. Plant Taxonomy (Phenotic Approach). New York. Columbia Universty Press. Hlm.
59–92.
20. Swingle,
W.T and P.C. Reece. 1967. The Botany of Citrus and Its Relatives. In: Webber H.J. and Batchelor, (Eds). The Citrus Industry. Univ. of
California, Berkeley. ol. I. p. 128-74.
21. Tanaka,
T. 1977. Fundamental iscription of Citrus Classification. Stud.Citrol. 14:1-6.
22. Wijajanto
dan Susetyoadi.2001. Petunjuk Praktikum
Mikroteknik Tumbuhan. Universitas Negeri Malang. Malang. Hlm:8-20.
Komentar
Posting Komentar